Cinta
Hijab
Siroh
Rihlah
Pemuda
Keluarga
Rabu, 21 April 2021
Jangan Bajak Nama Kartini
Kamis, 08 April 2021
Dari Pemula Untuk Pemula Part 3
Bismillahirrahmanirrahim
Sudah ada part 1
dan 2, maafkan khilafnya saya dalam menulis ya. Untuk itu jangan beri saya
pertanyaan, karena jawabannya akan sangat panjang hehe, bercanda. Saya senang
teman-teman calon penulis best seller ini selalu bertanya, itu berarti
memang kalian adalah penulis, dan saya senang berbagi selama itu baik dan
bermanfaat. Oke kita lanjut, karena ini menurut pandangan saya dan saya sudah
atau sedang menjalaninya jadi apabila ada kesalahan mohon maaf dulu.
Saya sudah
tergabung dalam beberapa komunitas menulis termasuk KMI Solo Raya, teman-teman
juga bisa bergabung kok di IG @komenulis.id lalu temukan daerahmu. Selama
bergabung di komunitas apa saja, usahakan agar tetap berada disana.
Syukur-syukur bila kamu aktif mengirimkan karyamu entah dalam bentuk puisi,
prosa, quotes, atau cerpen. Dalam komunitas saya tidak pernah merasa
sendiri meskipun saya seorang silent rider, disana saya banyak temukan
info-info menarik mengenai sayembara menulis bareng, pelatihan-pelatihan
lainnya, bahkan saling bertukar ilmu. Ketika saya menemukan oraang-orang yang
sefrekuensi dengan saya, saya akan jauh lebih termotivasi ingin lagi dan lagi.
Begitu pula saat saya memutuskan untuk mengenalkan karya solo pertama saya Dari Pelangi Untuk Pelangi. Ketika saya menyusunnya menjadi buku yang terdiri dari beberapa bab, bukan tanpa hambatan. Saya harus bergulat dengan kreatifitas dan kosa kata yang terbatas. Untuk itu saya lakukan hal ini agar saya konsisten dalam menulis:
Genre; ini termasuk dalam self-awareness kenali genre. Buku Dari Pelangi Untuk Pelangi adalah karya based on true story. Usahakan memilih genre yang kamu bisa dan mampu untuk menyelesaikannya. Hal ini memudahkan saya ketika menulis, sangat lancar daripada menulis genre yang murni fiksi. Untuk genre fiksi saya membutuhkan banyak referensi, memahami karakter tokoh dan lainnya, membutuhkan usaha yang lebih keras untuk berimajinasi dan menambah rasa.
Reading; dalam sebuah komunitas ada yang bertanya seperti ini “saya ingin menjadi seorang penulis, tapi saya tidak suka membaca. Apakah saya tetap bisa menjadi seorang penulis?” jawabannya adalah bisa. Hanya saja ada yang membedakan, yaitu pembendaharaan kata. Contohnya: apabila saya malas membaca kosa kata yang saya miliki pasti sedikit, bagaimana bisa saya menulis 300 hingga 1000 kata dalam sehari? Masih bisa kok, cuman saya yakin akan banyak pengulangan kata yang terjadi dalam setiap paragraf yang saya buat. Saya hanya akan meilhat jumlahnya, tapi tidak menunjukkan “rasa”. Maka membaca adalah satu senjatanya para penulis dan kosa kata adalah amunisi.
Kerangka; saya bukan tipe penulis kerangka yang bersih alias rapi gitu dari zaman nulis skripsi dan tesis, nulis kerangka adalah salah satu hambatan hehe. Saya seperti nulis paragraf tujuan dan masalah atau konflik dalam novel saya. Kemudian saya tetapkan karakter tokoh utama minimal tiga sifat dua protagonis dan satu antagonisnya, misal; Rania sifatnya insecure namun cerdas dan ingin berubah menjadi baik (contoh sederhananya seperti nulis sinopsis).
Outline; saya itu kan tipe deadline alias harus dikejar-kejar dulu dalam membuat tulisan. Maka wajib hukumnya bagi saya loh ya ada juga yang tidak perlu outline, tapi saya butuh outline bahasa gampangnya daftar isi. Saya orangnya bingung, kurang teliti, suka keluar jalu hehe seperti sekarang. Jadi outline ini mampu mengikat isi kepala saya agar tidak kemana-mana, serta menunjukkan kepada saya isi apa yang harus saya tulis pada tiap bab. Jika dalam pertengah ada ide baru tiba-tiba muncul, saya tahu harus menempatkannya dimana.
Jenuh a.k.a Ngeblank; terkadang dan pasti, tiba-tiba saja saya ngeblank gitu, hampir semua penulis baik itu penulis senior atau penulis amatir pasti pernah mengalaminya, termasuk Asma Nadia dalam webinar Belajar Dari Bintang yang rutin diadakan oleh KBM App setiap hari Rabu; Asma Nadia mengutarakan bahwa dirinya juga pernah mengalami hal yang sama dan itu wajar. Hal pertama yang dilakukan adalah tetap berada di depan laptop, entah mau sambil membaca, menonton film atau main gawai apapun itu tetaplah berada di depan laptop. Karena sewaktu-waktu ide itu tiba-tiba akan muncul dan kita bisa langsung menulisnya alias tidak hilang. Saya ingin seperti Asma Nadia, maka saya ikuti saran beliau dan itu manjur.
Menejemen Waktu; jujur ya untuk naik level atau naik jenjang seperti dalam sebuah game, ada level easy, medium, hard. Untuk mencapai itu semua saya sampai mengikuti 4 pelatihan dalam waktu satu bulan. Dari yang paling ganas hingga pelatihan yang super santai. Kembali lagi pada self-awareness, sejak kuliah untuk mengerjakan tugas pasti saya kerjakan pada pukul 03.00AM atau dini hari. Pada jam-jam inilah otak saya lebih lancar untuk berpikir dan menulis. Maka temukan waktu terbaikmu untuk menulis, menulis itu bukan saat ada waktu luang tapi meluangkan waktu.
Sepertinya itu saja yah, ini sudah 700 kata lagi hehe.
Semoga bisa membantu. Lalu ingatlah kawan, kamu ingin dikenal sebagai penulis
yang seperti apa? Penulis dengan karyanya yang bermanfaat untuk ummat atau
penulis yang hanya mencari viral dan royalti saja sehingga menghalalkan
adegan-adegan yang tidak seharusnya ada dan dibaca oleh penikmat literasi.
Lebih dan kurangnya saya mohon maaf, sekali lagi tulisan
ini saya tunjukkan untuk saya sebagai penulis pemula dan teman-teman yang akan
memulai menulis. Jadi see you on top!
Dari Pemula Untuk Pemula Part 2
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim
Kalau sebelumnya di part 1 adalah prolog, maka saya
usahakn ini adalah isinya atau inti dari tulisan ini. Saya harap demikian,
mengingat saya kalau disuruh atau diminta nulis tidak bisa tidak panjang hehe.
Benar saja, seperi ucapan Alvin Syahrin pengarang buku
non fiksi populer Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja, dalam sebuah podcast
bersama sahabatnya Ardhi Mohamad yang juga seorang pengarah buku non fiksi
populer dengan judul What’s So Wrong About Your Life. Dalam podcast
Alvin Syahrin berujar semakin dewasa secara sadar atau tidak, kita akan terus
merasa kehilangan; mimpi, cita-cita, goals, bahkan orang-orang yang kita
sayang.
Untuk itulah ketika saya kehilangan sesuatu, saya mendapatkan
kembali mimpi saya yang sempat tersesat, menjadi penulis bila memungkinkan
menjadi seorang pengarang. Maka
disinilah saya sekarang menulis kembali. Lalu apa yang saya lakukan pertama
kali agar rasa ini terus dan semakin membuncah?
1.
Self-Awareness; fokus untuk mengenali diri sendiri duli; kekurangan dan kelebihan
yang ada pada diri. Contoh; Kelebihan, saya ingin menjadi penulis.
Kekurangannya saya adalah saya malas, kurang motivasi, mageran, jika tidak ada
yang memaksa atau mengajak tidak akan ada gerakan pada jemari saya.
2.
Mix; seperti memasak. Saya butuh mencampur berbagai macam sayuran untuk
membuat sup yang paling enak, sama halnya dengan menulis. Setelah saya
mengetahui kekurangan dan kelebihan, maka saya campur atau mix keduanya menjadi
kesatuan.
3.
Caption IG; sebelum realisasi dari ngemix kekurangan dan kelebihan, saya
melatih diri untuk selalu nulis di feed instagram. Hal ini untuk
menggali rasa dan kekuatan untuk menulis, saya mengikuti even 30 Hari
Bercerita. Selama 30 hari di bulan Januari, dari pihak penyeleggara menyediakan
15 tema dan 15 bebas.
4.
Nubar; realisasi dalam
mencampur keduanya dengan bergabung di even-even menulis bareng mau yang
gratisan atau pun yang berbayar.
Saran dari saya, saya mencari even nulis bareng yang tidak memberatkan atau lebih mudah dulu, hal ini saya lakukan untuk menghindari kejenuhan di awal. Contohnya; even dari menulis bareng bersama Tim Nulis Yuk. Selain mudah lolos dan gratis, didalamnya saya tidak perlu melewati serangkaian pelatihan kepenulisan, asal sesuai aturan dan tema yang sudah ditentukan dari Nulis Yuk inshaallah lolos. Nulis Yuk mengajarkan dan mewadahi saya agar tidak insecure atau lebih percaya diri dengan tulisan sendiri, dengan cara mempublikasinnya dengan mudah. Saya tidak perlu membeli buku dari tulisan saya kok, sangat dibebaskan ingin memiliki ataukah tidak.
5.
Even Lomba; setelah lebih percaya
diri dari buku antologi bareng Nulis Yuk, saya memberanikan diri mengikuti
lomba-lomba menulis cerpen dan puisi, sekali
lagi saya ikut yang gratis dulu. Ini penting untuk membangun rasa
percaya diri. Menang? Alhamdulillah kalah dulu. Tapi urusan menang atau kalah
itu bukan masalah dan beban, yang terpenting adalah saya mau menulis dulu, mau berkarya lagi. Semua lomba yang saya
ikuti adalah gratis, dai Qreativo, Penerbit Binar dan lainnya.
6.
Komunitas dan Pelatihan; Sejak
awal jika sudah tahu apa kekurangan dan kelebihan pada diri sendiri, maka saya
bisa dengan mudah mencari tahu hal apa saja yang harus saya butuhkan. Karena
saya mageran dan butuh paksaan serta motivasi, maka saya memutuskan mengikuti
pelatihan.
Pelatihan pertama saya dan gratis adalah KMO Indonesia. Sungguh sama
sekali tidak ada yang mengajak saya untuk ikut serta, namun sekali lagi karena
kelebihan saya adalah “saya ingin menulis” maka KMO menjadi tempat pertama
untuk melatih konsistensi menulis. Banyak yang mengira menyeramkan ya? Jujur
saya iya, bagi kamu yang tidak tahan dengan paksaan dan gedoran para penanggung
jawab dan ketua kelas. Untuk itu kenali dirimu dahulu, kamu butuhnya seperti
apa.
Pelatihan kedua adalah KMK dari Edwriting, lebih santai tanpa
paksaan namun isi materinya luar biasa runtut sekali, mengenai puisi, karya non
fiksi, fiksi, cerpen, dan lainnya dijabarkan
dari dasar.
Pelatihan ketiga bareng Nulis Yuk lagi yang berbayar, KSP dan seterusnya akan tetap ada dan terus saya ikuti demi menambah wawasan saya di dunia ini. Mau itu berbayar atau tidak sesuaikan dengan diri masing-masing, jika merasa akan lebih bisa dipaksa dengan yang berbayar maka ikutlah jangan mau rugi.
7.
Tanpa Insecure; Nah,
terakhir adalah karya wajib setelah semua proses di atas saya lakukan selama
hampir dua bulan menulis hampir 10 karya antologi dan 1 buku solo. Satu buku
solo ini adalah senjata saya melawan insecure.
Jujur saja tulisan saya di buku solo pertama yang berjudul Dari Pelangi Untuk Pelangi
adalah; sebuah karya yang jauh dari kata sempurna, jauh dari PUEBI dan KBBI. Karya
ini berasal dari tugas akhir pelatihan di KMO atau lebih di kenal dengan
sarkat. Saya memberanikan diri publish di KBM App dengan tujuan untuk
melawan rasa insecure yang selalu
menjadi parasit dalam imajinasi penulis pemula seperti saya.
Mungkin itu dulu kali ya, sudah 700 lebih nih katanya,
kok makin banyak? Hehe. Jujur yah setelah ikut pelatihan sana-sini, saya makin
susah menulis kurang dari 300 dalam sehari, ini fakta dan buktinya. Sampai
bertemu di part 3, masih ada lagi hehe jangan bosan-bosan ya.
Dari Pemula Untuk Pemula Part 1
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim
Selamat datang di blog saya, saya yakin siapapun yang
membaca tulisan saya ini adalah calon penulis best seller insyaallah.
Sebelum ke inti dari tulisan ini saya ingin memperkenalkan diri dulu. Jika
biasanya dalam novel ada prolog sebelum isinya, maka izinkan saya untuk
terlebih dahulu menulis prolog dari tulisan ini.
Perlu pembaca
tahu bahwa saya sama seperti pembaca tulisan ini, saya belum menjadi penulis best
seller, saya sama seperti pembaca sekalian; penulis pemula atau lebih
tepatnya amatir. Saya sadar tulisan-tulisan saya masih jauh dari kata sempurna,
masih acak-acakan, kurangnya sentuhan rasa, dan masih banyak lagi. Jadi aku
ingin berbagi sebagai sesama penulis pemula.
Saya memulai
menulis sejak SD, dimulai dari kesukaan saya terhadap aktifitas membaca diusia
3,5 tahun hingga saat ini. Bermula keinginan agar tulisan saya bisa di
publikasikan di majalah tersebut, saya rutin menulis walaupun tingkat
keberhasilan hanya 1%. Kemudian saya berpindah menjadi penulis diari. Ya, saya
rutin menulis diari setiap hari hingga SMP kelas dua. Namun, berkali-kali
tulisan saya dibaca oleh salah seorang teman tanpa seizin saya, maka saya
hentikan karena trauma atau karena insecure.
Pernah satu hal
membuat saya trauma membaca puisi, lalu karena hal itu pula saya bangkit. Mulai menyukai barisan-barisan indah kata diksi
dalam puisi di kelas SMA, dan semakin berani membacakannya di radio-radio kala
itu. Hanya saja, karena saya tinggal di kota kecil maka fasilitas untuk menjadi
seorang penulis itu sangat minim. Belum ada sosial media, dan majalah-majalah
edisi terbaru pasti mengalami keterlambatan distribusi ke kota saya. Karena
alat transportasi pengiriman dari Pulau Jawa saat itu hanyalah Kapal Pelni.
Setelah lulus
saya vakum cukup lama dengan tetap menulis blog sesekali, akibat kesibukan
kuliah dan tidak adanya motivasi saya berhenti menjadi penulis. Saya berhenti
dan kehilangan passion saya. Lanjut kuliah di pascasarjana membuat saya
bertemu dengan dunia baru, yaitu dunia jurnalistik. Pelatihan ini di adakan
oleh website yang sempat viral dan fenomenal saat itu, mungkin pembaca pernah
mendengarnya atau menonton videonya di youtube. Ya, Muslimdaily.net.
Pelatihan
jurnalistik tentu saja berbeda sekali dengan menulis karangan-karangan non
fiksi populer atau fiksi sekalipun. Meskipun demikian, saya tetap mengikutinya
hingga akhir dan menjadi kontributor untuk beberapa waktu sebelum website
muslimdaily di take down oleh pemerintah dengan alasan yang tidak
jelas.
Setelah itu saya
vakum lagi selama 6 tahun, lama sekali bukan? Kenapa bisa vakum? Ya, saya
kehilangan motivasi dan paksaan untuk menulis kembali. Jangankan buku antologi,
novel dan sejenisnya tidak tersentuh olehku, sama sekali tidak. Sampai pada
suatu hari saya mendapatkan ujian dalam hidup, yang mengembalikan semua rasa
sensintif panca indera yang saya miliki.
Nah ini part 1, kita lanjut di part 2 yah. Karena part 1 saja sudah
lebih dari 420 kata hehe. Selamat membaca, di resapi dulu kemudin lanjut ke
part 2. Jadi, sampai bertemu di part 2.
Kamis, 18 Februari 2021
Ayo Bergerak Sebelum Tua!
Olahraga di usia tua akan melindungi daya ingat dan kemampuan berpikir
Sebuah studi baru yang diterbitkan
dalam jurnal Neurologi memberikan bukti lebih lanjut
bahwa olahraga di usia tua dapat memperlambat laju penurunan kognitif.
Dr. Clinton B. Wright, dari Universitas Miami di
Florida, dan rekannya menemukan bahwa orang dewasa berusia di atas 50
tahun yang hanya melakukan olahraga ringan atau
tanpa olahraga mengalami penurunan memori dan kemampuan berpikir yang jauh
lebih cepat, dibandingkan dengan mereka yang melakukan olahraga sedang hingga
intens.
Ini bukan studi pertama yang
mengaitkan olahraga di kemudian hari dengan keterampilan kognitif yang lebih
baik. Penelitian terbaru yang dilaporkan oleh Medical News Today, misalnya,
menunjukkan bahwa olahraga apa pun dapat mengurangi risiko penyakit Alzheimer
hingga 50%.
Dan penelitian lain yang
dilaporkan Oktober lalu menemukan bahwa latihan aerobik secara teratur selama
usia paruh baya dan lebih tua dapat membantu menjaga kesehatan otak, melindungi
dari defisit perilaku dan peradangan terkait bertambahnya usia di area otak yang berhubungan dengan memori dan pemikiran.
Tampaknya penelitian seperti ini
berlimpah, tetapi para peneliti mencatat bahwa penting untuk memahami bagaimana
faktor gaya hidup dapat membantu memperlambat penurunan kognitif, terutama untuk populasi orang tua atau lansia.
"Jumlah orang yang berusia
di atas 65 tahun di Amerika Serikat terus meningkat, yang berarti beban
kesehatan masyarakat untuk berpikir dan masalah ingatan kemungkinan besar akan
bertambah," kata Dr. Wright.
"Studi kami menunjukkan
bahwa untuk orang tua, berolahraga secara teratur mungkin melindungi, dan membantu mereka mempertahankan kemampuan
kognitif mereka lebih lama."
Daya ingat yang lebih baik, keterampilan berpikir dengan olahraga sedang atau intens
Untuk mencapai temuan mereka,
tim menilai data 876 orang dewasa berusia 50 dan lebih tua - usia rata-rata 71
tahun - bebas dari gangguan
memori dan masalah berpikir yang
merupakan bagian dari Studi Manhattan Utara.
Sebagai bagian dari penelitian,
peserta ditanyai seberapa sering mereka berolahraga dalam 2 minggu sebelumnya
dan berapa lama mereka berolahraga.
Sekitar 90% dari peserta melaporkan tidak
melakukan olahraga atau latihan ringan - seperti yoga atau berjalan - sementara
10% lainnya mengatakan mereka telah melakukan latihan intensitas sedang atau
tinggi, seperti lari atau aerobik.
Kurang lebih 7 tahun kemudian, setiap peserta menjalani
pencitraan otak dengan magnetic resonance imaging (MRI) dan mengikuti tes memori dan
berpikir. Tes kognitif ini diselesaikan lagi 5 tahun kemudian.
Dibandingkan dengan peserta yang
melakukan aktivitas intensitas sedang atau tinggi, mereka yang melakukan
olahraga ringan atau tanpa olahraga menunjukkan penurunan memori dan
keterampilan berpikir selama periode 5 tahun yang sebanding dengan 10 tahun
penuaan.
Tim mengatakan asosiasi ini
tetap ada setelah memperhitungkan sejumlah faktor yang berpotensi perancu,
termasuk konsumsi alkohol, status merokok, indeks massa tubuh (BMI) dan tekanan
darah.
Mengomentari temuan mereka,
Dr.Wright berkata:
“Aktivitas fisik merupakan
pilihan yang menarik untuk mengurangi beban gangguan kognitif pada kesehatan
masyarakat karena biayanya rendah dan tidak mengganggu pengobatan. Hasil kami menunjukkan bahwa olahraga
sedang hingga intens dapat membantu penundaan penuaan otak pada orang tua, tetapi lebih banyak penelitian dari uji
klinis random yang membandingkan program olahraga dengan
aktivitas yang lebih banyak masih memerlukan konfirmasi
untuk hal ini. "
Medical News Today baru-baru ini melaporkan sebuah
penelitian yang menunjukkan pola makan yang buruk dan kurang olahraga dapat
mempercepat penuaan.
Sumber: Medical
News Today
Penerjemah: Ocnatias Eka Saputri