Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim
Kalau sebelumnya di part 1 adalah prolog, maka saya
usahakn ini adalah isinya atau inti dari tulisan ini. Saya harap demikian,
mengingat saya kalau disuruh atau diminta nulis tidak bisa tidak panjang hehe.
Benar saja, seperi ucapan Alvin Syahrin pengarang buku
non fiksi populer Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja, dalam sebuah podcast
bersama sahabatnya Ardhi Mohamad yang juga seorang pengarah buku non fiksi
populer dengan judul What’s So Wrong About Your Life. Dalam podcast
Alvin Syahrin berujar semakin dewasa secara sadar atau tidak, kita akan terus
merasa kehilangan; mimpi, cita-cita, goals, bahkan orang-orang yang kita
sayang.
Untuk itulah ketika saya kehilangan sesuatu, saya mendapatkan
kembali mimpi saya yang sempat tersesat, menjadi penulis bila memungkinkan
menjadi seorang pengarang. Maka
disinilah saya sekarang menulis kembali. Lalu apa yang saya lakukan pertama
kali agar rasa ini terus dan semakin membuncah?
1.
Self-Awareness; fokus untuk mengenali diri sendiri duli; kekurangan dan kelebihan
yang ada pada diri. Contoh; Kelebihan, saya ingin menjadi penulis.
Kekurangannya saya adalah saya malas, kurang motivasi, mageran, jika tidak ada
yang memaksa atau mengajak tidak akan ada gerakan pada jemari saya.
2.
Mix; seperti memasak. Saya butuh mencampur berbagai macam sayuran untuk
membuat sup yang paling enak, sama halnya dengan menulis. Setelah saya
mengetahui kekurangan dan kelebihan, maka saya campur atau mix keduanya menjadi
kesatuan.
3.
Caption IG; sebelum realisasi dari ngemix kekurangan dan kelebihan, saya
melatih diri untuk selalu nulis di feed instagram. Hal ini untuk
menggali rasa dan kekuatan untuk menulis, saya mengikuti even 30 Hari
Bercerita. Selama 30 hari di bulan Januari, dari pihak penyeleggara menyediakan
15 tema dan 15 bebas.
4.
Nubar; realisasi dalam
mencampur keduanya dengan bergabung di even-even menulis bareng mau yang
gratisan atau pun yang berbayar.
Saran dari saya, saya mencari even nulis bareng yang tidak memberatkan atau lebih mudah dulu, hal ini saya lakukan untuk menghindari kejenuhan di awal. Contohnya; even dari menulis bareng bersama Tim Nulis Yuk. Selain mudah lolos dan gratis, didalamnya saya tidak perlu melewati serangkaian pelatihan kepenulisan, asal sesuai aturan dan tema yang sudah ditentukan dari Nulis Yuk inshaallah lolos. Nulis Yuk mengajarkan dan mewadahi saya agar tidak insecure atau lebih percaya diri dengan tulisan sendiri, dengan cara mempublikasinnya dengan mudah. Saya tidak perlu membeli buku dari tulisan saya kok, sangat dibebaskan ingin memiliki ataukah tidak.
5.
Even Lomba; setelah lebih percaya
diri dari buku antologi bareng Nulis Yuk, saya memberanikan diri mengikuti
lomba-lomba menulis cerpen dan puisi, sekali
lagi saya ikut yang gratis dulu. Ini penting untuk membangun rasa
percaya diri. Menang? Alhamdulillah kalah dulu. Tapi urusan menang atau kalah
itu bukan masalah dan beban, yang terpenting adalah saya mau menulis dulu, mau berkarya lagi. Semua lomba yang saya
ikuti adalah gratis, dai Qreativo, Penerbit Binar dan lainnya.
6.
Komunitas dan Pelatihan; Sejak
awal jika sudah tahu apa kekurangan dan kelebihan pada diri sendiri, maka saya
bisa dengan mudah mencari tahu hal apa saja yang harus saya butuhkan. Karena
saya mageran dan butuh paksaan serta motivasi, maka saya memutuskan mengikuti
pelatihan.
Pelatihan pertama saya dan gratis adalah KMO Indonesia. Sungguh sama
sekali tidak ada yang mengajak saya untuk ikut serta, namun sekali lagi karena
kelebihan saya adalah “saya ingin menulis” maka KMO menjadi tempat pertama
untuk melatih konsistensi menulis. Banyak yang mengira menyeramkan ya? Jujur
saya iya, bagi kamu yang tidak tahan dengan paksaan dan gedoran para penanggung
jawab dan ketua kelas. Untuk itu kenali dirimu dahulu, kamu butuhnya seperti
apa.
Pelatihan kedua adalah KMK dari Edwriting, lebih santai tanpa
paksaan namun isi materinya luar biasa runtut sekali, mengenai puisi, karya non
fiksi, fiksi, cerpen, dan lainnya dijabarkan
dari dasar.
Pelatihan ketiga bareng Nulis Yuk lagi yang berbayar, KSP dan seterusnya akan tetap ada dan terus saya ikuti demi menambah wawasan saya di dunia ini. Mau itu berbayar atau tidak sesuaikan dengan diri masing-masing, jika merasa akan lebih bisa dipaksa dengan yang berbayar maka ikutlah jangan mau rugi.
7.
Tanpa Insecure; Nah,
terakhir adalah karya wajib setelah semua proses di atas saya lakukan selama
hampir dua bulan menulis hampir 10 karya antologi dan 1 buku solo. Satu buku
solo ini adalah senjata saya melawan insecure.
Jujur saja tulisan saya di buku solo pertama yang berjudul Dari Pelangi Untuk Pelangi
adalah; sebuah karya yang jauh dari kata sempurna, jauh dari PUEBI dan KBBI. Karya
ini berasal dari tugas akhir pelatihan di KMO atau lebih di kenal dengan
sarkat. Saya memberanikan diri publish di KBM App dengan tujuan untuk
melawan rasa insecure yang selalu
menjadi parasit dalam imajinasi penulis pemula seperti saya.
Mungkin itu dulu kali ya, sudah 700 lebih nih katanya,
kok makin banyak? Hehe. Jujur yah setelah ikut pelatihan sana-sini, saya makin
susah menulis kurang dari 300 dalam sehari, ini fakta dan buktinya. Sampai
bertemu di part 3, masih ada lagi hehe jangan bosan-bosan ya.
Posting Komentar