TRENDING

Life

Cinta

Hijab

Siroh

siroh

Rihlah

Pemuda

Rabu, 21 April 2021

Jangan Bajak Nama Kartini


Jangan Bajak Nama Kartini
 
Oleh: Siti Nafidah Anshory, SP., M.Ag.

Bagi kalangan pegiat emansipasi, sosok Kartini dianggap pas untuk merepresentasi perjuangan pembebasan perempuan. Tapi benarkah?

Kartini memang perempuan cerdas yang memiliki bacaan jauh ke depan. Bacaan yang jauh melebihi bacaan perempuan kebanyakan di masanya. Masa di mana perempuan tak mendapat tempat semestinya, bukan hanya dalam posisinya sebagai perempuan, tapi juga dalam posisinya sebagai manusia.

Ya, Kartini memang punya begitu banyak keresahan. Melihat akal perempuan dibelenggu oleh adat peninggalan nenek moyang. Dan naluri dibungkam oleh dogma tentang kepatuhan dan stratifikasi manusia berdasarkan keturunan.

Inilah yang Kartini pikirkan. Namun, benarkah Kartini suarakan pembebasan perempuan sebagaimana kaum feminis hari ini menyuarakan?

Jika jujur membaca sejarah berikut surat-surat Kartini, maka kita akan temukan bahwa Kartini adalah perempuan yang sepanjang hayatnya penuh dengan pegulatan ideologi.

Pertemanannya dengan Keluarga Abendanon, sempat membuatnya terkagum pada kehidupan bebas perempuan Barat, bahkan nyaris menjadi alat politik sekularisasi kompeni.

Lalu, persahabatannya dengan Stella dan keluarga Van Kol, juga nyaris membuatnya meninggalkan Islam dan mengadopsi nilai-nilai Kristen dan Sosialisme.

Namun, saat dahaga pemikirannya tersentuh oleh keindahan ajaran-ajaran Islam, Kartini mulai menampakkan kebanggaannya pada jati dirinya sebagai muslimah.

Hingga beliau yakin, tak salah menjadikan Islam sebagai spirit perjuangannya meningkatkan harkat dan martabat kaum perempuan.

Lihatlah apa yg ditulis Kartini. Jika di awal pergulatannya Kartini begitu memuja Barat dengan menulis:

“Orang kebanyakan meniru kebiasaan orang baik-baik; Orang baik-baik meniru perbuatan orang yang lebih tinggi lagi; dan mereka meniru yang tertinggi lagi yaitu orang Eropa.” (Surat Kartini kepada Stella, 25 Mei 1899).

Atau pujiannya pada Belanda:

“Bolehlah negeri Belanda merasa bahagia memiliki tenaga-tenaga ahli yang amat bersungguh-sungguh mencurahkan akal dan pikiran dalam bidang pendidikan dan pengajaran bagi remaja-remaja Belanda. Dalam hal ini, anak-anak Belanda lebih beruntung daripada anak-anak Jawa yang telah memiliki buku selain buku pelajaran sekolah.” (Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 20 Agustus 1902).

Di akhir hayatnya, saat Islam mulai lebih jauh dikenalnya, inilah yang Kartini tulis pada sahabat penanya:

“Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah Ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah Ibu menyangkal bahwa di balik hal-hal indah dalam masyarakat Ibu terdapat banyak hal yang tidak bisa disebut sebagai peradaban?” (Surat Kartini Kepada Ny Abendanon, 27 Oktober 1902).

“Moga-moga kami mendapat rahmat dapat bekerja membuat umat agama lain memandang Islam patut disukai.” (Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902).

Itulah realitas Kartini. Perempuan cerdas nan hanif yang di akhir hayatnya merasa tercerahkan dengan Islam. Yang akhirnya melihat persoalan perempuan dari sudut pandang Islam.

Bahwa perempuan hadir ke dunia adalah sebagai pendidik pertama sehingga harus dididik dan dicerdaskan. Bukan sebagaimana adat Jawa yang menempatkan perempuan bukan sebagai apa-apa, atau sebagaimana budaya Barat berikan kebebasan tanpa batasan.

Bahkan di surat-surat setelahnya, Kartini menegaskan apa yang sebenarnya menjadi cita-citanya dan justru disembunyikan:

“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidup. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap dalam melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam (sunnatullah) sendiri dalam tangannya; Menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.” (Surat Kartini kepada Prof Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902).

Jadi jelas, menjadikan Kartini sebagai ikon perjuangan emansipasi dan kesetaraan gender adalah sebuah pembajakan sejarah. Yang diinginkan Kartini hanyalah menjadi wanita taat pada ketentuan Rabb-Nya, meski Kartini tak sempat merengguk keluasan ajaran Islam, dikarenakan Alquran tak sempat beliau khatamkan. Di usia belia, beliau harus menghadap Rabb Tuhan Pencipta Alam.

“Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu hamba Allah.” (Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 1 Agustus 1903) Wallaahu a’lam bi ash-shawab. [MNews]

#Copas

Kamis, 08 April 2021

Dari Pemula Untuk Pemula Part 3

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

              Sudah ada part 1 dan 2, maafkan khilafnya saya dalam menulis ya. Untuk itu jangan beri saya pertanyaan, karena jawabannya akan sangat panjang hehe, bercanda. Saya senang teman-teman calon penulis best seller ini selalu bertanya, itu berarti memang kalian adalah penulis, dan saya senang berbagi selama itu baik dan bermanfaat. Oke kita lanjut, karena ini menurut pandangan saya dan saya sudah atau sedang menjalaninya jadi apabila ada kesalahan mohon maaf dulu.

              Saya sudah tergabung dalam beberapa komunitas menulis termasuk KMI Solo Raya, teman-teman juga bisa bergabung kok di IG @komenulis.id lalu temukan daerahmu. Selama bergabung di komunitas apa saja, usahakan agar tetap berada disana. Syukur-syukur bila kamu aktif mengirimkan karyamu entah dalam bentuk puisi, prosa, quotes, atau cerpen. Dalam komunitas saya tidak pernah merasa sendiri meskipun saya seorang silent rider, disana saya banyak temukan info-info menarik mengenai sayembara menulis bareng, pelatihan-pelatihan lainnya, bahkan saling bertukar ilmu. Ketika saya menemukan oraang-orang yang sefrekuensi dengan saya, saya akan jauh lebih termotivasi ingin lagi dan lagi.

Begitu pula saat saya memutuskan untuk mengenalkan karya solo pertama saya Dari Pelangi Untuk Pelangi. Ketika saya menyusunnya menjadi buku yang terdiri dari beberapa bab, bukan tanpa hambatan. Saya harus bergulat dengan kreatifitas dan kosa kata yang terbatas. Untuk itu saya lakukan hal ini agar saya konsisten dalam menulis:

  Genre; ini termasuk dalam self-awareness kenali genre. Buku Dari Pelangi Untuk Pelangi adalah karya based on true story. Usahakan memilih genre yang kamu bisa dan mampu untuk menyelesaikannya. Hal ini memudahkan saya ketika menulis, sangat lancar daripada menulis genre yang murni fiksi. Untuk genre fiksi saya membutuhkan banyak referensi, memahami karakter tokoh dan lainnya, membutuhkan usaha yang lebih keras untuk berimajinasi dan menambah rasa.

 Reading; dalam sebuah komunitas ada yang bertanya seperti ini “saya ingin menjadi seorang penulis, tapi saya tidak suka membaca. Apakah saya tetap bisa menjadi seorang penulis?” jawabannya adalah bisa. Hanya saja ada yang membedakan, yaitu pembendaharaan kata. Contohnya: apabila saya malas membaca kosa kata yang saya miliki pasti sedikit, bagaimana bisa saya menulis 300 hingga 1000 kata dalam sehari? Masih bisa kok, cuman saya yakin akan banyak pengulangan kata yang terjadi dalam setiap paragraf yang saya buat. Saya hanya akan meilhat jumlahnya, tapi tidak menunjukkan “rasa”.  Maka membaca adalah satu senjatanya para penulis dan kosa kata adalah amunisi.

Kerangka; saya bukan tipe penulis kerangka yang bersih alias rapi gitu dari zaman nulis skripsi dan tesis, nulis kerangka adalah salah satu hambatan hehe. Saya seperti nulis paragraf tujuan dan masalah atau konflik dalam novel saya. Kemudian saya tetapkan karakter tokoh utama minimal tiga sifat dua protagonis dan satu antagonisnya, misal; Rania sifatnya insecure namun cerdas dan ingin berubah menjadi baik (contoh sederhananya seperti nulis sinopsis).

 Outline; saya itu kan tipe deadline alias harus dikejar-kejar dulu dalam membuat tulisan. Maka wajib hukumnya bagi saya loh ya ada juga yang tidak perlu outline, tapi saya butuh outline bahasa gampangnya daftar isi. Saya orangnya bingung, kurang teliti, suka keluar jalu hehe seperti sekarang. Jadi outline ini mampu mengikat isi kepala saya agar tidak kemana-mana, serta menunjukkan kepada saya isi apa yang harus saya tulis pada tiap bab. Jika dalam pertengah ada ide baru tiba-tiba muncul, saya tahu harus menempatkannya dimana.

Jenuh a.k.a Ngeblank; terkadang dan pasti, tiba-tiba saja saya ngeblank gitu, hampir semua penulis baik itu penulis senior atau penulis amatir pasti pernah mengalaminya, termasuk Asma Nadia dalam webinar Belajar Dari Bintang yang rutin diadakan oleh KBM App setiap hari Rabu; Asma Nadia mengutarakan bahwa dirinya juga pernah mengalami hal yang sama dan itu wajar. Hal pertama yang dilakukan adalah tetap berada di depan laptop, entah mau sambil membaca, menonton film atau main gawai apapun itu tetaplah berada di depan laptop. Karena sewaktu-waktu ide itu tiba-tiba akan muncul dan kita bisa langsung menulisnya alias tidak hilang. Saya ingin seperti Asma Nadia, maka saya ikuti saran beliau dan itu manjur.

Menejemen Waktu; jujur ya untuk naik level atau naik jenjang seperti dalam sebuah game, ada level easy, medium, hard. Untuk mencapai itu semua saya sampai mengikuti 4 pelatihan dalam waktu satu bulan. Dari yang paling ganas hingga pelatihan yang super santai. Kembali lagi pada self-awareness, sejak kuliah untuk mengerjakan tugas pasti saya kerjakan pada pukul 03.00AM atau dini hari. Pada jam-jam inilah otak saya lebih lancar untuk berpikir dan menulis. Maka temukan waktu terbaikmu untuk menulis, menulis itu bukan saat ada waktu luang tapi meluangkan waktu.

Sepertinya itu saja yah, ini sudah 700 kata lagi hehe. Semoga bisa membantu. Lalu ingatlah kawan, kamu ingin dikenal sebagai penulis yang seperti apa? Penulis dengan karyanya yang bermanfaat untuk ummat atau penulis yang hanya mencari viral dan royalti saja sehingga menghalalkan adegan-adegan yang tidak seharusnya ada dan dibaca oleh penikmat literasi.

Lebih dan kurangnya saya mohon maaf, sekali lagi tulisan ini saya tunjukkan untuk saya sebagai penulis pemula dan teman-teman yang akan memulai menulis. Jadi see you on top!

Dari Pemula Untuk Pemula Part 2


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

Kalau sebelumnya di part 1 adalah prolog, maka saya usahakn ini adalah isinya atau inti dari tulisan ini. Saya harap demikian, mengingat saya kalau disuruh atau diminta nulis tidak bisa tidak panjang hehe.

Benar saja, seperi ucapan Alvin Syahrin pengarang buku non fiksi populer Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja, dalam sebuah podcast bersama sahabatnya Ardhi Mohamad yang juga seorang pengarah buku non fiksi populer dengan judul What’s So Wrong About Your Life. Dalam podcast Alvin Syahrin berujar semakin dewasa secara sadar atau tidak, kita akan terus merasa kehilangan; mimpi, cita-cita, goals, bahkan orang-orang yang kita sayang.

Untuk itulah ketika saya kehilangan sesuatu, saya mendapatkan kembali mimpi saya yang sempat tersesat, menjadi penulis bila memungkinkan menjadi seorang pengarang.  Maka disinilah saya sekarang menulis kembali. Lalu apa yang saya lakukan pertama kali agar rasa ini terus dan semakin membuncah?

1.       Self-Awareness; fokus untuk mengenali diri sendiri duli; kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri. Contoh; Kelebihan, saya ingin menjadi penulis. Kekurangannya saya adalah saya malas, kurang motivasi, mageran, jika tidak ada yang memaksa atau mengajak tidak akan ada gerakan pada jemari saya.

2.       Mix; seperti memasak. Saya butuh mencampur berbagai macam sayuran untuk membuat sup yang paling enak, sama halnya dengan menulis. Setelah saya mengetahui kekurangan dan kelebihan, maka saya campur atau mix keduanya menjadi kesatuan.

3.       Caption IG; sebelum realisasi dari ngemix kekurangan dan kelebihan, saya melatih diri untuk selalu nulis di feed instagram. Hal ini untuk menggali rasa dan kekuatan untuk menulis, saya mengikuti even 30 Hari Bercerita. Selama 30 hari di bulan Januari, dari pihak penyeleggara menyediakan 15 tema dan 15 bebas.

4.       Nubar; realisasi dalam mencampur keduanya dengan bergabung di even-even menulis bareng mau yang gratisan atau pun yang berbayar.

 

Saran dari saya, saya mencari even nulis bareng yang tidak memberatkan atau lebih mudah dulu, hal ini saya lakukan untuk menghindari kejenuhan di awal. Contohnya; even dari menulis bareng bersama Tim Nulis Yuk. Selain mudah lolos dan gratis,  didalamnya saya tidak perlu melewati serangkaian pelatihan kepenulisan, asal sesuai aturan dan tema yang sudah ditentukan dari Nulis Yuk inshaallah lolos. Nulis Yuk mengajarkan dan mewadahi saya agar tidak insecure atau lebih percaya diri dengan tulisan sendiri, dengan cara mempublikasinnya dengan mudah. Saya tidak perlu membeli buku dari tulisan saya kok, sangat dibebaskan ingin memiliki ataukah tidak.

5.       Even Lomba; setelah lebih percaya diri dari buku antologi bareng Nulis Yuk, saya memberanikan diri mengikuti lomba-lomba menulis cerpen dan puisi, sekali  lagi saya ikut yang gratis dulu. Ini penting untuk membangun rasa percaya diri. Menang? Alhamdulillah kalah dulu. Tapi urusan menang atau kalah itu bukan masalah dan beban, yang terpenting adalah saya mau menulis dulu,  mau berkarya lagi. Semua lomba yang saya ikuti adalah gratis, dai Qreativo, Penerbit Binar dan lainnya.

6.       Komunitas dan Pelatihan; Sejak awal jika sudah tahu apa kekurangan dan kelebihan pada diri sendiri, maka saya bisa dengan mudah mencari tahu hal apa saja yang harus saya butuhkan. Karena saya mageran dan butuh paksaan serta motivasi, maka saya memutuskan mengikuti pelatihan.

 

Pelatihan pertama saya dan gratis adalah KMO Indonesia. Sungguh sama sekali tidak ada yang mengajak saya untuk ikut serta, namun sekali lagi karena kelebihan saya adalah “saya ingin menulis” maka KMO menjadi tempat pertama untuk melatih konsistensi menulis. Banyak yang mengira menyeramkan ya? Jujur saya iya, bagi kamu yang tidak tahan dengan paksaan dan gedoran para penanggung jawab dan ketua kelas. Untuk itu kenali dirimu dahulu, kamu butuhnya seperti apa.

 

Pelatihan kedua adalah KMK dari Edwriting, lebih santai tanpa paksaan namun isi materinya luar biasa runtut sekali, mengenai puisi, karya non fiksi, fiksi, cerpen, dan lainnya dijabarkan  dari dasar.

Pelatihan ketiga bareng Nulis Yuk lagi yang berbayar, KSP dan seterusnya akan tetap ada dan terus saya ikuti demi menambah wawasan saya di dunia ini. Mau itu berbayar atau tidak sesuaikan dengan diri masing-masing, jika merasa akan lebih bisa dipaksa dengan yang berbayar maka ikutlah jangan mau rugi.

7.       Tanpa Insecure; Nah, terakhir adalah karya wajib setelah semua proses di atas saya lakukan selama hampir dua bulan menulis hampir 10 karya antologi dan 1 buku solo. Satu buku solo ini adalah senjata saya melawan insecure.

 

Jujur saja tulisan saya di buku solo pertama  yang berjudul Dari Pelangi Untuk Pelangi adalah; sebuah karya yang jauh dari kata sempurna, jauh dari PUEBI dan KBBI. Karya ini berasal dari tugas akhir pelatihan di KMO atau lebih di kenal dengan sarkat. Saya memberanikan diri publish di KBM App dengan tujuan untuk melawan rasa insecure  yang selalu menjadi parasit dalam imajinasi penulis pemula seperti saya.

 

Mungkin itu dulu kali ya, sudah 700 lebih nih katanya, kok makin banyak? Hehe. Jujur yah setelah ikut pelatihan sana-sini, saya makin susah menulis kurang dari 300 dalam sehari, ini fakta dan buktinya. Sampai bertemu di part 3, masih ada lagi hehe jangan bosan-bosan ya.


 

 


Dari Pemula Untuk Pemula Part 1


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

Selamat datang di blog saya, saya yakin siapapun yang membaca tulisan saya ini adalah calon penulis best seller insyaallah. Sebelum ke inti dari tulisan ini saya ingin memperkenalkan diri dulu. Jika biasanya dalam novel ada prolog sebelum isinya, maka izinkan saya untuk terlebih dahulu menulis prolog dari tulisan ini.

              Perlu pembaca tahu bahwa saya sama seperti pembaca tulisan ini, saya belum menjadi penulis best seller, saya sama seperti pembaca sekalian; penulis pemula atau lebih tepatnya amatir. Saya sadar tulisan-tulisan saya masih jauh dari kata sempurna, masih acak-acakan, kurangnya sentuhan rasa, dan masih banyak lagi. Jadi aku ingin berbagi sebagai sesama penulis pemula.

              Saya memulai menulis sejak SD, dimulai dari kesukaan saya terhadap aktifitas membaca diusia 3,5 tahun hingga saat ini. Bermula keinginan agar tulisan saya bisa di publikasikan di majalah tersebut, saya rutin menulis walaupun tingkat keberhasilan hanya 1%. Kemudian saya berpindah menjadi penulis diari. Ya, saya rutin menulis diari setiap hari hingga SMP kelas dua. Namun, berkali-kali tulisan saya dibaca oleh salah seorang teman tanpa seizin saya, maka saya hentikan karena trauma atau karena insecure.

              Pernah satu hal membuat saya trauma membaca puisi, lalu karena hal itu pula saya bangkit.  Mulai menyukai barisan-barisan indah kata diksi dalam puisi di kelas SMA, dan semakin berani membacakannya di radio-radio kala itu. Hanya saja, karena saya tinggal di kota kecil maka fasilitas untuk menjadi seorang penulis itu sangat minim. Belum ada sosial media, dan majalah-majalah edisi terbaru pasti mengalami keterlambatan distribusi ke kota saya. Karena alat transportasi pengiriman dari Pulau Jawa saat itu hanyalah Kapal Pelni.

              Setelah lulus saya vakum cukup lama dengan tetap menulis blog sesekali, akibat kesibukan kuliah dan tidak adanya motivasi saya berhenti menjadi penulis. Saya berhenti dan kehilangan passion saya. Lanjut kuliah di pascasarjana membuat saya bertemu dengan dunia baru, yaitu dunia jurnalistik. Pelatihan ini di adakan oleh website yang sempat viral dan fenomenal saat itu, mungkin pembaca pernah mendengarnya atau menonton videonya di youtube. Ya, Muslimdaily.net.

              Pelatihan jurnalistik tentu saja berbeda sekali dengan menulis karangan-karangan non fiksi populer atau fiksi sekalipun. Meskipun demikian, saya tetap mengikutinya hingga akhir dan menjadi kontributor untuk beberapa waktu sebelum website muslimdaily di take down oleh pemerintah dengan alasan yang tidak jelas.

              Setelah itu saya vakum lagi selama 6 tahun, lama sekali bukan? Kenapa bisa vakum? Ya, saya kehilangan motivasi dan paksaan untuk menulis kembali. Jangankan buku antologi, novel dan sejenisnya tidak tersentuh olehku, sama sekali tidak. Sampai pada suatu hari saya mendapatkan ujian dalam hidup, yang mengembalikan semua rasa sensintif  panca indera yang saya miliki.

Nah ini part 1, kita lanjut di part 2 yah. Karena part 1 saja sudah lebih dari 420 kata hehe. Selamat membaca, di resapi dulu kemudin lanjut ke part 2. Jadi, sampai bertemu di part 2.

 

Kamis, 18 Februari 2021

Ayo Bergerak Sebelum Tua!

 



Olahraga di usia tua akan melindungi daya ingat dan kemampuan berpikir

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Neurologi memberikan bukti lebih lanjut bahwa olahraga di usia tua dapat memperlambat laju penurunan kognitif.

Dr. Clinton B. Wright, dari Universitas Miami di Florida, dan rekannya menemukan bahwa orang dewasa berusia di atas 50 tahun yang hanya melakukan olahraga ringan atau tanpa olahraga mengalami penurunan memori dan kemampuan berpikir yang jauh lebih cepat, dibandingkan dengan mereka yang melakukan olahraga sedang hingga intens.

Ini bukan studi pertama yang mengaitkan olahraga di kemudian hari dengan keterampilan kognitif yang lebih baik. Penelitian terbaru yang dilaporkan oleh Medical News Today, misalnya, menunjukkan bahwa olahraga apa pun dapat mengurangi risiko penyakit Alzheimer hingga 50%.

Dan penelitian lain yang dilaporkan Oktober lalu menemukan bahwa latihan aerobik secara teratur selama usia paruh baya dan lebih tua dapat membantu menjaga kesehatan otak, melindungi dari defisit perilaku dan peradangan terkait bertambahnya usia di area otak yang berhubungan dengan memori dan pemikiran.

Tampaknya penelitian seperti ini berlimpah, tetapi para peneliti mencatat bahwa penting untuk memahami bagaimana faktor gaya hidup dapat membantu memperlambat penurunan kognitif, terutama untuk populasi orang tua atau lansia.

"Jumlah orang yang berusia di atas 65 tahun di Amerika Serikat terus meningkat, yang berarti beban kesehatan masyarakat untuk berpikir dan masalah ingatan kemungkinan besar akan bertambah," kata Dr. Wright.

"Studi kami menunjukkan bahwa untuk orang tua, berolahraga secara teratur mungkin melindungi, dan membantu mereka mempertahankan kemampuan kognitif mereka lebih lama."

Daya ingat yang lebih baik, keterampilan berpikir dengan olahraga sedang atau intens

Untuk mencapai temuan mereka, tim menilai data 876 orang dewasa berusia 50 dan lebih tua - usia rata-rata 71 tahun - bebas dari gangguan memori dan masalah berpikir yang merupakan bagian dari Studi Manhattan Utara.

Sebagai bagian dari penelitian, peserta ditanyai seberapa sering mereka berolahraga dalam 2 minggu sebelumnya dan berapa lama mereka berolahraga.

Sekitar 90% dari peserta melaporkan tidak melakukan olahraga atau latihan ringan - seperti yoga atau berjalan - sementara 10% lainnya mengatakan mereka telah melakukan latihan intensitas sedang atau tinggi, seperti lari atau aerobik.

Kurang lebih 7 tahun kemudian, setiap peserta menjalani pencitraan otak dengan magnetic resonance imaging (MRI) dan mengikuti tes memori dan berpikir. Tes kognitif ini diselesaikan lagi 5 tahun kemudian.

Dibandingkan dengan peserta yang melakukan aktivitas intensitas sedang atau tinggi, mereka yang melakukan olahraga ringan atau tanpa olahraga menunjukkan penurunan memori dan keterampilan berpikir selama periode 5 tahun yang sebanding dengan 10 tahun penuaan.

Tim mengatakan asosiasi ini tetap ada setelah memperhitungkan sejumlah faktor yang berpotensi perancu, termasuk konsumsi alkohol, status merokok, indeks massa tubuh (BMI) dan tekanan darah.

Mengomentari temuan mereka, Dr.Wright berkata:

“Aktivitas fisik merupakan pilihan yang menarik untuk mengurangi beban gangguan kognitif pada kesehatan masyarakat karena biayanya rendah dan tidak mengganggu pengobatan. Hasil kami menunjukkan bahwa olahraga sedang hingga intens dapat membantu penundaan penuaan otak pada orang tua, tetapi lebih banyak penelitian dari uji klinis random yang membandingkan program olahraga dengan aktivitas yang lebih banyak masih memerlukan konfirmasi untuk hal ini. "

Medical News Today baru-baru ini melaporkan sebuah penelitian yang menunjukkan pola makan yang buruk dan kurang olahraga dapat mempercepat penuaan.

Sumber: Medical News Today

Penerjemah: Ocnatias Eka Saputri

 

 

 

 

 
Back To Top