TRENDING

Selasa, 25 Agustus 2015

Sosok Setan Quraisy



Dia salah seorang pemimpin Quraisy yang menghunus pedangnya untuk melawan Islam. Ia seorang yang tajam penglihatannya dan teliti perhitungannya. Karena itulah ia diutus kaumnya untuk menyelidiki jumlah kaum muslimin yang ikut pergi berperang dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam.

Penduduk Mekkah memberi gelar Setan Quraisy kepada Umair bin Wahhab. Pada Perang Badar, Setan Quraisy ini gagal total. Quraisy hancur dan anaknya menjadi tawanan kaum muslimin.

Berkumpullah ia dalam majelis pamannya, Shafwan bin Umayah. Shafwan memendam rasa dendam dan benci karena ayahnya, Umayah bin Khalaf, menemui ajalnya di Perang Badar. Shafwan dan Umair berbincang.

Urwah bin Az-Zubair bercerita mengenai perbincangan keduanya:

"Demi Allah, tidak ada lagi gunanya hidup kita setelah peristiwa itu," kata Shafwan.

"Engkau benar, dan demi Allah, kalau bukan karena utang yang belum kubayar, dan keluarga yang ku khawatirkan akan terlantar sepeninggalanku niscaya aku berangkat mencari Muhammad untuk membunuhnya," jawab Umair.

Perbincangan itu berakhir dengan Umair akan mengelabui Muhammad untuk membicarakan anaknya yang tertawan.

Umair bersiap dengan mengasah pedangnya dan membubuhi racun. Selanjutnya, ia berangkat hingga sampai di Madinah.

Ketika itu Umar bin Al-Khattahab melihat Umair berada di depan masjid.

Umar berkata, "Itu si Umair bin Wahab, anjing musuh Allah! Demi Allah, ia pasti datang dengan maksud jahat. Dialah yang telah menghasut orang banyak dan mengarahkan mereka untuk memerangi kita di Perang Badar."

Umar lalu masuk menghadap Rasulullah Sallallahu 'alaihi wassalam.

Rasulullah Sallallahu 'alaihi wassalam mempersilahkan Umair menghadapnya.

Umar pergi mengambil pedangnya dan menimang-nimangnya di tangan, sembari mengatakan kepada orang-orang Anshar yang hadir di tempat tersebut agar semua masuk dan duduk di dekat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam melihat Umar membawa Umair masuk, beliau bersabda, "Biarkanlah ia, wahai Umar. Silahkan wahai Umair."

Umair pun mendekat seraya berkata, "Selamat Pagi."

Ini merupakan ucapan jahiliah, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Sesungguhnya Allah telah memuliakan kami dengan ucapan kehormatan yang lebih baik daripada ucapanmu hai Umair, yaitu ucapan salam yang merupakan penghormatan bagi ahli surga."

Umair berkata, "Demi Allah, aku baru mendengar soal itu."

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam mulai bertanya, "Apa maksud pedangmu yang tersandang itu?"

"Pedang-pedang yang tidak berguna. Menurutmu apakah ada manfaatnya pedang itu bagi kami?"

"Berkatalah terus terang, wahai Umair, apa maksud kedatanganmu yang sebenarnya!"

"Aku tidak datang selain itu."

"Bukankah engkau telah duduk berasama Shafwan bin Umayah di atas batu, lalu engkau berbincang-bincang tentang orang-orang Quraisy yang tewas di sumur Badar, dan engkau berkata,'Kalau bukan karena utang dan keluargaku, niscaya aku akan pergi membunuh Muhammad.' Kemudian Shafwan menjamin akan membawanya utangmu dan menanggung keluargamu, asal kamu membunuhku, padahal Allah telah menjadi penghalang bagi maksudmu itu?"

Seketika itu juga, Unair berteriak, "Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa engkau  adalah utusan Allah. Perbincangan itu tidak ada yang menghadirinya selain aku dengan Shafwan saja. Demi Allah, tidak ada yang memberi kabar kepadamu selain Allah. Puji syukur kepada Allah yang telah menunjukkan aku kepada Islam."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam pun bersabda kepada sahabat-sahabat beliau, "Ajarilah saudaramu ini tentang agama, bacakanlah Al-Qur'an kepadanya, dan bebaskanlah tawanannya."

Begitulah, Umair bin Wahab masuk Islam. Kini orang yang dulunya mendapatkan julukan Setan Quraisy itu telah masuk Islam. Ia telah diliputi oleh cahaya Rasul dan lentera Islam seluruhnya, hingga tiba tiba dalam sekejap ia telah berbalik menjadi pembela Islam yang gigih. Umar bi Al-Khatthab sampai berkata, "Demi Dzat yang diriku di Tangan-Nya, aku lebih suka melihat babi daripada si Umair pada awal ia muncul di hadapan kami. Tetapi sekarang aku lebih suka kepadanya daripada sebagian anakku sendiri."

Beginikah kiranya Islam dalam sekejap saja bisa menghapus segala kesalahannya yang lalu, dan orang-orang Islam melupakan segala dosa dan kejahatan serta permusuhannya pada masa lalu, dan membukakan hati mereka untuknya, bahkan bersedia merangkulnya?

Beginikah jadinya pedang yang tergenggam kuat untuk suatu niat yang jahat seakan masih membayang di muka mereka, semua itu dilupakan kecuali keislaman Umair?

Beginikah akhirnya, seseorang yang hampir dibunuh oleh Umar nin Al-Khatthab beberapa saat sebelumnya, sekarang berubah dicintainya melebihi cintanya kepada anak cucunya sendiri?

Kalau satu detik kejujuran yang membawa Umair menyatakan keislamannya itu telah membawa keberuntungan bagi Umair dengan mendapatkan penghargaan, kemuliaan, ganjaran dan penghormatan dari Islam, itu berarti tidak ada penilaian lain bahwa Islam adalah agama yang besar.

Buku: Rijalun haular Rasul
Penulis: Khalid Muhammad Khalid

Ditulis kembali oleh Ocnatias Eka Saputri

@Solo, menanti hujan
 
Back To Top