TRENDING

Rabu, 13 Januari 2021

Jl. Masih Panjang (Part 1)

 




 Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


 Bismillahirohmanirohim, hi my dearest friends how are you? i hope you always healthy and happy. It's been a long time sinced my last blog i think. Sorry, begitu banyak onak dan duri dalam menulis. But now, i want to share my Hijrah yang juga penuh onak dan duri. 

2012

 Tahun dimana titik balik perjalanan hidup mulai kurasakan, seiring bertambahnya usia makin bertambah pula ujiannya, awalnya lebih cuek mulai banyak memikirkan apa yang sudah saya lakukan dan apa yang belum saya lakukan, kesalahan apa yang sudah merenggut imanku menjauh dari hati? 

 Iya, saat itu saya masih gadis pada umumnya berjilbab seleher saja, masih bercelana ke kampus kemanapun saat halaqoh wajin dari kampus saja saya pakai rok. Berbagai masalah datang dan berbagai sahabat karena iman pun datang menyadarkan. 

 Saat itu usiaku masih 20 tahun, sedang sibuk-sibuknya praktik RS dan Skripsi. Tapi, saya sama sekali tidak merasakan kesusahan dalam hal itu, namun tetap saja hati ini cemas, mungkin karena dosaku.

 Sayangnya saya tidak bisa cerita masalah yang membuat saya berpikir kembali arti nafas gratis yang Allah berikan, cukup Allah yang mengetahui dan menyembunyikannya. Sungguh saat itu Allah sayang banget hingga mengirimkan orang-orang baik dikala masalah datang. 

 Pernah suatu malam saya menangis sejadi jadinya, menangis begitu dalam menangisi betapa Allah merindukan doa doa ku, merindukan sujud ku, merindukan lantunan ayat suci yang keluar dari lisanku, merindukanku. Ya, saya pun merindukanNya sangat amat, belum pernah dalam hidup serindu ini pada Kekasih Hati.

 Hari demi hari kupakai untuk merenungi semua dosa, semua khilaf yang Allah selalu sembunyikan dari teman temanku, keluargaku, Sunggu betapa Allah mencintaiku dan saya pun harus membalas cintaNya dengan berHIJRAH.

 Pernah dengar lagu Muhasabah Cinta dan Sendiri Menyepi dari Edcoustic lagu ini pun membantuku mengingatnya, betapa banyak nikmat yang Allah berikan tapi tak satupun saya membalasnya. Sedih? Sedih karena semakin bertambahnya usia maka makin dekat pula ajalku, itu berarti waktuku menipis untuk memohon ampun.

 Tahun dimana saya pun mulai merubah penampilanku, merubah total pakaianku bahkan caraku memandang setiap masalah dan menilai orang orang yang mampu membawaku dalam keimanan.

 Belum, saya belum langsung sempurna. Masih belajar di level 1 dalam berpakaian, teman sekelas pun mayoritas kaget dengan perubahanku, iya kelas itu masih hedonis hanya beberapa orang saja memang yang sudah lebih dulu berhijrah. Tentu saja saya mendapatkan ucapan ucapan bernada menghina akan perubahan penampilanku.

 Perempuan jika sudah berhijrah hal utama yang paling terlihat adalah penampilannya bukan? Mereka menghinaku secara terang terangan, ah! Masih sangat teringat jelas hingga saat saya menulis ini "Jilbab apa yang kau pakai? Bukan taplak meja kan?" saya tidak bisa membalasnya hanya senyum saja yang terlihat dalam diwajahku, meski kalian tahu? Saya menangisinya.

 Watak perempuan sesuai ciptaanNya penuh dengan kelembutan, maka ketika ada yang menghina dirinya karena mendekatkan diri pada Rabbnya pecah pula tangisannya di sepertiga malam tapi setelah itu saya kembali ceria, saya tahu karena membacanya dari buku para Sahabat Perempuan di Zaman Nabi, cobaanku ketika berhijrah belum ada apa apanya maka Sabr membuat saya makin dekat denganNya. 

 Tentu saja saya tidak berusaha berubah seorang diri, saya butuh teman menuju keimanan, butuh pembimbing untuk bertanya hal apa saja yang bisa mendekatkanku dengan CintaNya dan Masya Allah sambutannya luar biasa. Saya tidak akan melupakan jasa salah seorang teman sekelasku yang mengarahkan ke dalam halaqoh halaqoh yang tersebar di kampus, banyak ternyata tapi selama ini saya buta dengan maksiat sehingga yang halal tampak menjijikan dimataku Astagfirullah. 

2013

 Saat itu usiaku 21 tahun menuju sidang skripsi untuk meraih gelar sarjanaku di salah satu universitas swasta di Sukoharjo (mungkin teman teman ada yang tahu yah) saya semakin mantap menuju ke jalan yang Allah ridho alhamdulillah. 

 Jika ditanya apa tidak ada godaan? Banyak, selama masih bernafas selama itu pula hawa nafsu terus ada, terlebih lagi ujian dari keluarga, orangtua. Saya sudah dengar hal yang paling sulit ketika kita memutuskan berhijrah adalah menghadapi penilaian orang tua kandung. 


Bersambung...

 
Back To Top