TRENDING

Senin, 30 Maret 2015

Ketika 'Mereka' Bertanya tentang Kerudung Syar'i

Sungguh ini hal yang baru di gerbong kereta, beberapa hari yang lalu, tepatnya hari kamis kemarin saya sedang dalam perjalanan ke kampus seperti biasa lagi, lagi dan lagi dengan kereta.

Alhamdulillah di tiket saya dapat kursi. Saat itu gerbong yang sempati penuh sekali, sesak.

Dihadapan saya ada ibu kira-kira seusia mamah saya, ibu ini serombongan naik keretanya. Ngobrol lama dengan beliau ternyata beliau adalah seorang advokad. Ibu ini sedang dalam perjalanan menuju stasiun maguwo untuk bertolak dengan menggunakan pesawar ke Makassar, katanya sih ada kegiatan musyawarah nasional terkaiy profesi mereka, pemilihan ketua profesi advokad. Yaa kalau di perawat ada PPNI, dokter ada IDI, bidan ada IBI, apoteker ada IAI, guru ada PGRI dan seterusnya.

Ibu ini ternyata seorang nasrani. Dihadapan kami ada seorang mahasiswi profesi apoteker salah satu PTS di Solo dan bukan PTS saya dahulu hehe. Mbak ini asli Palu, akan bertolak ke Makassar juga. Mbaknya ini juga berkerudung, lebih tepatnya membungkus, bukan menutupi.

Ibu tadi bertanya dengan sopan pada Mbaknya yang berdiri,
"Mbak, setahu saya maaf yah bukankah dalam Islam jilbabnya Mbak itu hanya sekedar membungkus yah? Lekuk tubuh yang terlihat seperti itu bukannya nggak boleh yah?"

Mbaknya menjawab dengan ragu, "Iya sih bu, tapi saya lagi proses kok bu. Harusnya kerudungnya seperti Mbaknya ini (seraya menunjuk saya)"

"Nah iya Mbak, setahu saya loh yah nggak boleh ada lekuk tubuhnya kata masih membuat gimana gitu, iya nggak pak?" Tanya ibu itu pada salah seorang teman laki-lakinya yang sedari tadi berdiri.

"Iya Mbak, marai (read: buat 'dalam bahasa jawa') gimana gitu..." Kata si bapak temana ibu tadi.

"Nah kan Mbak, teman saya saja masih bilang seperti itu kok." Tambah ibunya.

"Iya bu, saya masih proses menutup." Lirih Mbaknya.

"Yang mana yang bener Mbak?" Giliran saya ditanya oleh ibu tadi.

"Iya bu, jadi gini (Bismillah....) dalam Islam wajib seorang wanita yang sudab haid menutup seluruh auratnya dan bukan membungkusnya. Ini adalah kewajiban dan bukan pilihan. Siap tidak siap kami wajib menutupnya. Ini bentuk taat kami kepada Sang Pencipta. Mbaknya ini memang salah dalam menggunakan kerudung tapi lagi-lagi kata Mbaknya tadi, dia sedang proses berkerudung sebagaimana yang ada dalam kitab kami. Dan satu hal yang perlu saya, dan ibu serta semua orang pahami adalah, wanita dalam Islam itu diwajibkan menutup auratnya, dalam Islam  siapa pun yang menutup aurat belum tentu ia bisa dikatakan taat atau sholehah, namun taat dan sholehah sudah tentu mereka yang menutup auratnya sesuai dengan tuntunan yang ada." Jelasku perlahan.

"Oh jadi begitu yah Mbak, loh Mbaknya kapan berkerudung kayak Mbaknya ini?" Tanya ibu itu lagi dengan Mbaknya yang berdiri.

"Yaa lagi proses bu hehe, semoga bukan hanya ngikutin model." Jawab Mbaknya.

"Saya dulu juga berawal dari celana jeans loh bu untuk mencapai sekarang ini, dahulu itu karena ingat mati. Siapapun mereka yang ingat mati pasti akan lebih dekat dengan Allah, Sang Pencipta." Tambahku.

"Iya yah Mbak, itu kayak Dian Rainbow (nama samaran sengaja hehe), itu kan masih model model, sekedar membungkus saja." Ujar si Ibu tadi.

"Iya bu, benar. Itulah kesalahannya. "

Nah, silahkan Muslimah simpulkan sendiri... saran saya menghadap lah ke cermin ketika sedang menggunakan kerudung yang selalu engkau gunakan...

By: Ocnatias Eka Saputri

 
Back To Top