TRENDING

Kamis, 04 Desember 2014

Gelapnya Menyambut Fajar

Hatiku bergejolak seketika, kulihat jam menunjukkan pukul 02.09. Ah, malam masih gelap aku ingin merebahkan tubuhku beberapa menit lagi. Menikmati nyamannya kasurku yang tak mau ditinggalkan. Namun, hatiku merasa ada yang memanggil. Panggilan itu kian kuat. Kuat sekali, hingga aku pun menuruti panggilan itu.

Ku segera beranjak dari bujuk rayu kasurku. Wudhu kini menghiasi tubuhku, mengalir membersihkanku. Segarnya ku rasa. Ku gelar sajadah biru usang yang selalu menemani sujudku. Walaupun usang, sajadah ini menjadi saksi bisu bahwa tangisan, kebahagian pernah ku tuangkan dalam tiap barisan benangnya.

Sekarang ku siapa menyambut pujaan hatiku yang sedari tadi memanggilku, untuk segera berduaan denganNya. Ah Dia sudah rindu padaku, begitupun aku, aku pun rindu padaNya. Duhai kekasih hatiku, ada apa gerangan Engkau memanggilku? Rindukah Engkau pada setiap sujudku untukMu?

Setelah menyambutMu dalam sujudku, tergerak hatiku ada lagi yang memanggil-manggil ku. Siapa? Panggilan itu kuat sekali, ku langkahkan kaki menuju rak buku di hadapanku. Ku sambut yang sedari tadi juga memanggilku.

Ku buka lembaran demi lembaran, hatiku bergerak menuju sebuah nama ke 55 halaman 531. Ar Rahman. Ku lantunkan setiap ayatnya dengan sesama, hatiku tak kuasa menahan tangis, aku sampai tak merasakan ada butiran air mata membasahi kedua pipiku, seketika wajahku memerah, mulutku terhenti. "Maka nikmat Tuhanmu mana yang kamu dustakan?"

Surat cinta, surat cinta dari Sang Maha Kuasa. Surat ini, seakan ditujukan padaku. Tatkala aku mulai lemah, Dia kembali mencubitku. Berusaha memberikan jawaban dalam setiap ayat yang kubaca dari Ar Rahman.

"....wal ikkrom", tangisanku pecah seketika, ku peluk mushaf ini dengan sungguh-sungguh, ku rasakan kehangatan dekapanMu lewat mushaf ini. Tangisanku semakin membesar, aku tak punya kuasa menahanNya. Menahan rindu yang teramat dalam, rindu yang tertahan seperti ratusan tahun aku tertidur. 

Aku memohon dengan segenap hati, agar mereka yang selalu menghinaku mampu membaca maksudMu dalam surat ini. Aku pun berpasrah, bisa jadi karena Engkau tahu aku bisa melewati ujian yang Engkau takdirkan untukku. Maka, Engkau kirimkan ujian ini untukku, dan menjadi penyebab datangnya hidayah untuk orang lain. Untuk keluargaku.

Untuk itu, aku memohon kuatkan lah hatiku, bantulah aku agar tetap istiqomah dan bukalah hati mereka. Sesungguhnya hanya Engkau yang mampu membolak-balikkan hati. 

 
Back To Top