TRENDING

Sabtu, 06 Desember 2014

Doa Itu, Harapanku

Ya Allah, keputusanku mengikuti kebenaran di jalanMu memang sungguh berat. Laksana ombak, kadang tenang, terkadang juga bisa bergemuruh melenyapkan seisi kota. Namun, Engkau tak pernah henti menunjukkan kuasaMu, kebesaranMu, kasih sayangMu, hingga aku lupa kepedihanku.

Hari ini, 11 Shafar 1436 H.Diantara ramainya pameran buku, diantara banyaknya hamba Allah yang haus akan ilmu. Aku sedikit termenung, meratap lebih tepatnya. Samar- samar aku melihat ada ibu, bapak dan anak gadisnya berhijab lebar sedang memilih-milih pakaian. Ada rasa iri begitu melihat pemandangan itu, mungkin bagi orang lain pemandangan itu biasa saja. Tak ada yang spesial. Tapi, hatiku tak bisa dibohongi. Aku iri ya Allah. Andai saja gadis itu adalah aku, betapa bahagianya diriku berada di tengah kedua orang tua yang mendukung pilihanku.

Ditambah lagi jika mengingat aku dan orang tua memiliki perbedaan pendapat. Bahkan, diakhir bulan november kemarin aku sempat menentang ajakan mereka mengikuti tahlilan 40 malam eyang kakung. Sejak saat itu mereka tak ingin menghubungiku lagi lewat telfon. Handphoneku tak lagi berdering adanya panggilan masuk dari mereka. Apa aku yang harus menelfon duluan? Rasanya gengsiku lebih besar. Ya Allah, maafkan aku.

"Astagfirullah..." seketika aku beristigfar. Apa yang sudah aku pikirkan? Egoisnya aku, harusnya aku bersyukur Allah mengirimkan dua malaikat tanpa sayap menemani hidupku hingga sekarang, tak ada mereka maka tak ada aku. Ah, lagi-lagi air mataku kembali jatuh tak bisa ku tahan. Ramainya pameran buku tak bisa menutupi hatiku yang sungguh sedang terluka.

Aku seakan ingin teriak. "Bapak, lihatlah aku. Apa kau tak bangga pada perubahan baik anakmu atas nama Allah dan di jalan Allah? Begitu sulitkah menerima perubahanku?"

Sudah, sudah. Pagi tadi, ketika menyambut fajar aku sudah bersujud pada Allah, agar orang tua ku kembali menyapaku, kembali ingin bersenda gurau kepadaku, kembali tersenyum dengan setiap humor yang ku hantarkan di sela-sela percakapan sederhana kami di telfon.

Aku rindu ya Allah, rindu sekali. Rindu yang menggebu-gebu. Inikah bentuk cintaku pada keduanya? Ya Allah, apa aku salah?

Aku hanya mampu memohon kepadaMu, mengadu kepadaMu. Lunakkan hati keduanya ya Rabb yang Maha Perkasa. Patahkan perisai egois dan gengsi di hati kami. Bukakan hati mereka menerima kebenaran atas namaMu yang ku bawa untuk keduanya.

Pukul 17.09, aku bersiap pulang ke rumah. Amanah untuk menjaga stand hari ini telah usai. Sekarang, saatnya pulang. Ah ya, sebelumnya aku membeli dulu iga sapi. Hari ini aku dan adikku sepakat menikmati santap malam sesekali dari luar. Sembari menunggu, aku lanjutkan bacaan buku dari kisah nyata yang di tulis oleh ust. Abu Umar Basyier judulnya Kemuning Senja di Beranda Mekkah. Rafiqa dalam kisah ini, sepertiku. Harus berhadapan dengan pasukan yang menolak perubahanku, bahkan berada di baris depan, mereka adalah keluargaku.

Teringat lagi akan keduanya, ya Allah bagaimana ini? Tiba-tiba suara handphone berbunyi, di layarnya tertulis "Mamah". Ya Allah ini mamah, betapa senangnya hatiku. Aku seakan terbang bebas mengudara, ku ingin menyampaikan pada dunia bahwa mamah menelfonku.

Kurasa detak jantungku berdegup keras dan cepat. Ada apa ini? Masihkah mereka memarahiku? Ya Allah, jika memang benar begitu maka, kuatkanlah hati hamba menerima tiap perkataan mereka.

"Assalamu'alaikum anakku" sapa suara dari semberang.

"Alaikumussalam mah" Balasku. Tahukah? Sesungguhnya bila saja mamah melihat ini, aku sedang menahan tangis haru. Betapa suara itu mampu melepas kerinduanku.

Percakapan kami ditutup dengan menanyakan kepulanganku karena rindu katanya. Ya Allah, sudahlah... aku tak tahan lagi. Pecahlah tangisanku setelah mamah mengakhiri telfonnya dengan mengatakan kerinduan.

Betapa baiknya Engkau ya Allah, begitu cepat Engkau kabulkan permintaanku. Padahal, baru tadi pagi aku meminta dalam tahajudku. Sekarang, Engkau kabulkan. Mereka menelfonku. Ya Allah, Engkau Maha Membolak balik kan hati... Aku bersyukur memilikiMu.

Ocnatias Eka Saputri
11 Shafar 1436 H

 
Back To Top