Hai nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri kaum mukmin, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Ahzab [33]: 59 )
Review>>
Ini cerita selanjutnya, seperti yang sudah kujanjikan sebelumnya>>
Benar saja begitu aku menutupnya sesuai yang ditentukan, Allah tersenyum, membalasnya dengan segudang hadiah dan ujian, inilah yang menentukan sikap ku. Apakah aku terbuai dengan hadiah dan tidak menghiraukan bahwa itu juga sebagai ujian ? Atau aku hanya menghiraukan ujian sehingga tidak bersyukur dengan hadiah yang diberikan oleh Allah ?
Mulai dengan hari-hariku semua terkejut dengan perubahanku seakan tidak percaya, seakan meremehkan, seakan menganggap sinis pilihanku untuk berhijab menutupi apa yang harusnya kututupi. Mungkin itu hanya bisikan bisikan setan yang mengundangku ke pesta "kontroversi hati" #halah. Ya, ku buang segala pemikiran pemikiran suudzan ku yang tidak ada artinya. Maka kulangkahkan lebih mantap, dengan Bismillah, Allah menyertai hambaNya yang mengikutiNya.
Ku mulai dengan banyak membaca situs-situs mengenai islam dan sejarah-sejarahnya, kisah rasull, sahabat-sahabat rasul, keluarga rasull, bahkan sifat istri-istri rasul. Tak hanya situs, mulai kuperbanyak membaca buku buku mengenai hijab, nongkrong di toko buku lama untuk sekedar membaca hadist-hadist. Oh ya, aku juga selalu setia dengan acara-acara tv nasional, dimana ustadz Felix dan ustadz Fatih selalu muncul dalam siaran tv tersebut. Beliau beliau inilah motivatorku untuk merubah diri, merubah pandanganku terhadap islam yang dulu kusebut sebagai "penjara kehidupan", naudzubillahi min dzalik.
Hari hari ku kulalui dengan hijab syar'i, di rumah, kampus, di luar kampus, kemana pun. Selusin pertanyaan datang mengahampiri, keluarga, teman kampus, teman kost, bahkan kawan kawan dunia maya. "Apa yang kamu lakukan terhadap dirimu?", "Kenapa dengan jilbabmu panjang?", "Apa tidak panas?", "Apa tidak kerepotan?", "Dapat hidayah dari mana Tias?", "Dapat hidayah apa?", "Sejak kapan?" de es te deh -_-
Kurang lebih seperti itulah orang-orang disekelilingku, sampai sampai mengalahkan sosok artis #halah. Pastilah ku jawab, pertama-tama dengan senyuman, lalu kujelaskan perlahan. Ada yang mengerti, ada juga yang sudah kujelaskan, begitu melihatku keesokan harinya dia bertanya lagi hal yang sama. Mungkin setengah percaya dengan perubahanku. Kumaklumi semuanya, bagaimana pun mereka yang selalu bersama ku, sudah pasti mereka merasa dengan perubahanku. Tak apa, ini bentuk perhatian mereka terhadapku.
"Bayangkan ada dua insan yang baru kembali ke fitrah agama, satu lelaki dan lainnya wanita #YukBerhijab"
Memang perempuan akan lebih terlihat ketika dia #hijrah (berubah menjadi lebih baik), bandingkan dengan lelaki, jika lelaki #hijrah untuk menutup auratnya, tak ada perbedaan yang begitu terlihat, cukup hanya memakai baju yang biasa dipakai ditambah celana panjang yang hampir-hampir tidak berbeda dengan pakaian awalnya. Namun bagi perempuan yang #hijrah. Dia harus mengganti semua pakaiannya, tampil berbeda secara total, dan jelas akan menghadapi lusinan pertanyaan atas penampilan barunya.
Kata ustadz Felix dalam bukunya #YukBerhijab
Kita hidup di sebuah masa ketika mempertahankan islam layaknya menggenggam bara api, panas, dan gerah bahkan seolah melukai diri sendiri. Sebab, masyarakat kebanyakan justru berlomba-lomba tidak bersesuai dengannya. Karena itu, setiap yang memegang islam akan dirasa aneh, diasingkan, dan dianggap abnormal.
Bagi wanita, perasaan ini mungkin berkali-kali lipat. mungkin karena wanita memang makhluk perasa ditambah konsekuensi wanita saat menjadi muslim memang terlihat secara nyata dan signifikan. Pengorbanan wanita yang teguh dengan islam jelas lebih siulit pada zaman ini. Karenanya, kami berharap bagi Allah untuk berikan pahala yang berlipat ganda bagi yang istiqamah.
Begitulah kata ustadz Felix
Tenang, tidak semua mencercaku dengan pernyataan-pernyataan yang tak percaya, ada pula yang senang dengan perubahanku menjadi lebih baik, "Subhanallah Tias", "Tambah cantik Tias", "Bener deh yas, tambah cantik kalau seperti ini", "Mba Tias, makin cantik", "Alhamdulillah Tias makin panjang hijabnya", bahkan "Mba, jadi pementor yah". Alhamdulillah sebagaian besar juga mendukungku.
Yang kurasa bukan hanya mereka yang tak percaya dengan percaya dengan perubahanku, tapi pandangan-pandangan orang lain terhadapku berubah. Para Ikhwit (ikhwat genit) tak lagi bersiul ketika melihatku berjalan, tak ada yang berani mengganggu ku ketika berjalan sendiri, bahkan teman-teman sekelas yang berstatus lelaki, tak berani lagi menyentuhku, karena terkadang ada tangan yang jahil. #Maaf. Alhamdulillah, inilah perlindunganMu ya Allah, yang terlambat aku sadari, inilah bentuk sayangMu terhadap kami, wanita. Jelaslah lah sekarang bahwa Islam sangat memuliakan wanita.
Ini baru sepenggal kecil ceritaku, takut kalau kawan-kawan jenuh membacanya. Insya Allah kulanjutkan lagi yah >>> :)
Kata ustadz Felix dalam bukunya #YukBerhijab
Kita hidup di sebuah masa ketika mempertahankan islam layaknya menggenggam bara api, panas, dan gerah bahkan seolah melukai diri sendiri. Sebab, masyarakat kebanyakan justru berlomba-lomba tidak bersesuai dengannya. Karena itu, setiap yang memegang islam akan dirasa aneh, diasingkan, dan dianggap abnormal.
Bagi wanita, perasaan ini mungkin berkali-kali lipat. mungkin karena wanita memang makhluk perasa ditambah konsekuensi wanita saat menjadi muslim memang terlihat secara nyata dan signifikan. Pengorbanan wanita yang teguh dengan islam jelas lebih siulit pada zaman ini. Karenanya, kami berharap bagi Allah untuk berikan pahala yang berlipat ganda bagi yang istiqamah.
Begitulah kata ustadz Felix
Tenang, tidak semua mencercaku dengan pernyataan-pernyataan yang tak percaya, ada pula yang senang dengan perubahanku menjadi lebih baik, "Subhanallah Tias", "Tambah cantik Tias", "Bener deh yas, tambah cantik kalau seperti ini", "Mba Tias, makin cantik", "Alhamdulillah Tias makin panjang hijabnya", bahkan "Mba, jadi pementor yah". Alhamdulillah sebagaian besar juga mendukungku.
Yang kurasa bukan hanya mereka yang tak percaya dengan percaya dengan perubahanku, tapi pandangan-pandangan orang lain terhadapku berubah. Para Ikhwit (ikhwat genit) tak lagi bersiul ketika melihatku berjalan, tak ada yang berani mengganggu ku ketika berjalan sendiri, bahkan teman-teman sekelas yang berstatus lelaki, tak berani lagi menyentuhku, karena terkadang ada tangan yang jahil. #Maaf. Alhamdulillah, inilah perlindunganMu ya Allah, yang terlambat aku sadari, inilah bentuk sayangMu terhadap kami, wanita. Jelaslah lah sekarang bahwa Islam sangat memuliakan wanita.
Ini baru sepenggal kecil ceritaku, takut kalau kawan-kawan jenuh membacanya. Insya Allah kulanjutkan lagi yah >>> :)
Posting Komentar