TRENDING

Selasa, 07 April 2015

Mengutuk Hujan

Manusia oh manusia, apalah daya dan guna bila hidup di habiskan untuk mengutuk segala sesuatu, bahkan karunia Allah pun dikutuknya, hujan.

Hujan, sungguh. Salah apa hujan ini begitu ia dikutuk oleh manusia-manusia yang semakin ia mengutuk, semakin jelas terlihat ia tak bisa apa-apa.

"Sial, hujan lagi hujan lagi. Batal rencana hari ini gara-gara hujan! So sad..."

Biasanya begitu bukan, kutukan yang keluar dari mulut manusia yang tak berguna? Sungguh, siapa yang kita kutuk? Hujan atau DIA yang menurunkan hujan?

Sama saja, jika kita  mengutuk hujan itu sama dengan kita  mengutuk Allah. Istigfar kawan, istigfar.

"Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan” [QS. An-Nahl : 10-11].

Tak hanya firman-firman yang di atas saja mengenai hujan, banyak firman-firman Allah yang menyebutkan bahwa hujan adalah kebersihan dan rahmat.

"Dan rizki yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya” [QS. Al-Jaatsiyyah : 5].

Bahkan hujan, menjadi waktu yang tepat untuk berdoa sehingga disyariatkan untuk mengucapkan:

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ صَيِّباً نَافِعاً.

“Ya Allah, jadikanlah hujan yang bermanfaat”.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari

Jadi, masihkan kita mengutuk hujan?

 
Back To Top